Wamenkomdigi – Dalam era digital yang terus berkembang pesat, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi salah satu teknologi yang paling menjanjikan dan strategis. Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menegaskan pentingnya posisi Indonesia dalam ekosistem global AI. Dalam berbagai forum nasional maupun internasional, Nezar menyampaikan visi bahwa Indonesia tidak boleh sekadar menjadi pengguna, melainkan harus menjadi episentrum rantai pasok global dalam pengembangan AI.

AI dan Masa Depan Ekonomi Digital
Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Indonesia memiliki potensi besar dalam ekonomi digital. Dengan lebih dari 270 juta penduduk, penetrasi internet yang terus meningkat, serta populasi muda yang melek teknologi, Indonesia menjadi salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Menurut laporan e-Conomy SEA 2023 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari USD 130 miliar pada tahun 2025.
Namun, potensi ini hanya bisa dimaksimalkan jika Indonesia mampu mengembangkan teknologi digital secara mandiri, termasuk AI. AI tidak hanya sekadar alat, tetapi telah menjadi tulang punggung bagi banyak sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, manufaktur, hingga pemerintahan.
Transformasi Digital Butuh Infrastruktur AI
Nezar menekankan bahwa transformasi digital nasional membutuhkan infrastruktur AI yang solid. Hal ini mencakup ketersediaan data berkualitas tinggi, kapasitas komputasi (computing power), dan SDM yang kompeten. Jika Indonesia mampu membangun ketiga elemen ini, maka bukan tidak mungkin negara ini menjadi pusat pengembangan AI di kawasan regional, bahkan global.
“AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang bagaimana kita membangun sistem yang mandiri, beretika, dan inklusif. Kita harus bisa jadi pemain global, bukan sekadar pasar,” ujar Nezar dalam sebuah konferensi digital di Jakarta.

Menjadi Episentrum Rantai Pasok Global AI
Apa Itu Rantai Pasok AI?
Rantai pasok dalam konteks AI tidak hanya menyangkut komponen fisik seperti perangkat keras atau server, tetapi juga mencakup data, algoritma, model, dan talenta. Menjadi episentrum rantai pasok berarti Indonesia mampu menyediakan elemen-elemen kunci dalam pengembangan AI global: dari penyediaan data, pengolahan dan pelatihan model, hingga pengembangan aplikasi dan integrasi teknologi.
Peran Strategis Indonesia
Nezar menyoroti sejumlah kekuatan Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk mengambil posisi strategis dalam rantai pasok AI global:
- Kekayaan Data Lokal
Indonesia memiliki keberagaman data yang luar biasa: dari bahasa, budaya, perilaku pengguna, hingga lingkungan geografis. Data ini sangat berharga untuk melatih model AI yang relevan dengan konteks lokal maupun global. - Talenta Digital Muda
Bonus demografi menjadi kekuatan tersendiri. Generasi muda Indonesia banyak yang telah terbiasa dengan teknologi dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi talenta AI. - Kebijakan yang Mendukung Inovasi
Pemerintah tengah menyusun kerangka regulasi dan kebijakan yang adaptif terhadap perkembangan AI. Rencana Strategis Nasional AI dan kerangka etika AI yang tengah digodok menjadi landasan penting bagi ekosistem yang sehat. - Kemitraan Internasional
Indonesia aktif menjalin kerja sama dengan berbagai negara dan perusahaan teknologi global dalam pengembangan AI. Kolaborasi ini harus diarahkan agar memberikan transfer pengetahuan dan teknologi kepada talenta lokal.
Tantangan Menuju Kepemimpinan AI Global
Infrastruktur dan Investasi
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur digital dan investasi. Pusat data dan superkomputer yang dibutuhkan untuk pelatihan AI berskala besar masih terbatas. Pemerintah telah membuka peluang investasi melalui insentif dan penyediaan Kawasan Ekonomi Khusus Digital, namun realisasinya perlu terus didorong.
Nezar menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi dalam membangun infrastruktur ini. “Kita tidak bisa jalan sendiri. Butuh kemitraan strategis lintas sektor untuk membangun fondasi yang kuat,” ujarnya.

Kesenjangan Talenta dan Pendidikan
Walau jumlah generasi muda besar, masih terdapat kesenjangan dalam keterampilan teknis, khususnya di bidang data science, machine learning, dan etika AI. Kurikulum pendidikan, baik formal maupun informal, perlu disesuaikan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi terkini.
Pelatihan, sertifikasi, dan program inkubasi startup menjadi jalan keluar untuk mempercepat pengembangan talenta AI lokal.
Etika dan Keamanan
AI membawa potensi luar biasa, tetapi juga risiko, terutama terkait bias algoritma, keamanan data pribadi, dan penyalahgunaan teknologi. Nezar menegaskan bahwa Indonesia harus memiliki pedoman etika AI yang jelas agar pengembangan teknologi ini tidak melanggar hak asasi manusia dan prinsip demokrasi.
“Teknologi harus melayani manusia, bukan sebaliknya. Kita ingin AI yang transparan, bertanggung jawab, dan inklusif,” tegasnya.
Langkah Strategis Pemerintah
Penyusunan Strategi Nasional AI
Pemerintah melalui Kementerian Kominfo dan BRIN tengah merampungkan Strategi Nasional AI. Dokumen ini akan menjadi panduan jangka panjang dalam pengembangan dan pemanfaatan AI secara sistemik dan berkelanjutan. Fokusnya meliputi lima sektor prioritas: kesehatan, pendidikan, reformasi birokrasi, ketahanan pangan, dan mobilitas.
Pembangunan Pusat Data dan Infrastruktur Digital
Pemerintah juga mendorong pembangunan pusat data nasional dan regional, sebagai fondasi utama dalam penyimpanan dan pemrosesan data skala besar. Beberapa KEK digital seperti Nongsa Digital Park dan KEK Singhasari telah dijadikan lokasi pengembangan ekosistem digital berbasis AI.
Insentif untuk Industri dan Startup AI
Untuk mempercepat inovasi, pemerintah menyediakan insentif bagi industri dan startup yang mengembangkan solusi AI lokal. Ini termasuk pendanaan, pembebasan pajak, dan akses ke inkubator teknologi. Harapannya, akan lahir “unicorn AI” dari Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Kesimpulan: Dari Konsumen Menjadi Kontributor
Wamenkominfo Nezar Patria menyuarakan pesan penting: Indonesia tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi AI global. Sebaliknya, Indonesia harus bertransformasi menjadi kontributor aktif dalam rantai pasok global pengembangan AI. Hal ini membutuhkan visi jangka panjang, kebijakan yang mendukung, investasi strategis, serta pengembangan talenta digital yang berdaya saing global.
Dengan langkah yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, mimpi menjadikan Indonesia sebagai episentrum AI bukanlah sesuatu yang mustahil. Seperti yang dikatakan Nezar, “Jika kita tidak ikut merancang masa depan teknologi, maka kita hanya akan jadi objek dari perubahan yang ditentukan oleh pihak lain. Saatnya Indonesia menentukan arah sendiri dalam era AI.”